Informasi
kesehatan saat ini sudah bisa didapatkan masyarakat dengan mudah. Baik itu
secara verbal (tenaga kesehatan di rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan lain
lain) maupun secara non verbal (melalui brosur kesehatan, internet, buku, dll).
Sehingga masyarakat dapat mempraktekkan dengan mudah informasi kesehatan yang
mereka terima dengan mudah dalam kehidupannya sehari. Tetapi untuk masyarakat
yang tinggal di daerah yang bertugas hanya dari puskesmas dan posyandu saja.
Puskesmas dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat dengan memberikan
penyuluhan setiap minggunya bagi masyarakat yang datang ke puskesmas tersebut.
Terutama informasi kesehatan bagi ibu – ibu menyusui. Informasi mengenai
kesehatan ibu dan anak ini sangatlah berguna dan penting bagi ibu menyusui agar
mereka dapat memberikan ASI yang baik dan sesuai kebutuhan bayi sehingga gizi
bayi mereka dapat terpenuhi dan bayi dapat tumbuh dengan sehat. Ibu-ibu rumah
tangga juga membutuhkan informasi, misalnya saja ibu-ibu menyusui. Mereka
membutuhkan informasi mengenai manfaat menyusui ASI (air susu ibu) kepada bayi
serta kekurangan jika bayi kekurangan ASI. Informasi mengenai semua ini bisa
mereka dapatkan dari tenaga kesehatan di rumah sakit, tempat bersalin maupun
puskesmas, melalui media cetak maupun media non cetak sehingga mereka tahu akan
positif dan negatifnya mengenai pemberian ASI kepada bayi mereka.
Masih
banyak dari ibu-ibu menyusui yang belum memberikan ASI eksklusif kepada bayi
mereka. Banyak faktor secara internal maupun eksternal yang mempengaruhi
ibu dalam memberikan ASI ekslusif bagi bayinya. Salah satu faktor internalnya
adalah pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.
Banyak dari ibu menyusui yang belum paham pentingnya dari ASI. Padahal
pengetahuan merupakan dasar utama dari manusia untuk melakukan sesuatu.
Dewasa ini pemerintah
Republik Indonesia melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah
meluncurkan berbagai program kesehatan untuk seluruh rakyat Indonesia.
Salah satu program kesehatan yang digerakkan oleh pemerintah adalah program
jaminan persalinan (Jampersal). Latar belakang dari program Jampersal ini salah
satunya berkaitan dengan Millenium
Development Goals (MDGs). Dimana Jampersal ini berguna untuk memperhatikan
kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Program pemerintah dalam bidang kesehatan
ini salah satunya yakni untuk kesehatan ibu menyusui. Sehingga untuk membantu
menyukseskan program tersebut, para petugas kesehatan khususnya di puskesmas
berupaya untuk memberikan informasi – informasi kesehatan kepada para ibu
menyusui yang berkunjung ke puskesmas setiap minggunya baik melalui penyuluhan
ataupun brosur – brosur informasi kesehatan yang tersedia di puskesmas.
Penyuluhan
merupakan upaya untuk melakukan suatu perubahan perilaku manusia yang dilakukan
melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif dapat diartikan sebagai suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan adanya peran serta aktif
individu ataupun kelompok maupun masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat
dengan memperhitungkan faktor sosial, ekonomi maupun budaya di daerah setempat.
(Suharjo 2003)
Penyuluhan
yang dilakukan di masyarakat sebagai sebuah pendekatan edukatif untuk dapat
menghasilkan perilaku, maka harus terjadi suatu proses komunikasi antar
penyampai informasi dengan masyarakat. Dari suatu proses komunikasi tersebut
juga ingin menciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. (Suharjo 2003)
Menurut
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu saudari Fadhila Nurul Husna Zalmi kepada petugas kesehatan di puskesmas
Pekan Kamis Sumatera Barat, bahwasannya masih banyak ibu-ibu menyusui yang
enggan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini terjadi karena
banyak dari ibu menyusui yang kurang memahami mengenai pentingnya pemberian ASI
eksklusif kepada bayi mereka. Padahal dalam penyuluhan perbaikan gizi: ASI
eksklusif yang dilakukan oleh puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat, para
petugas kesehatan sudah menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada ibu
menyusui yang hadir dalam kegiatan tersebut mengenai pentingnya pemberian ASI
eksklusif kepada bayi yang baru lahir.
Menurut
Soetjiningsih (dalam Emilia 2009) banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI
ekslusif kemungkinan ini dipengaruhi oleh karakteristik ibu. Contohnya saja
seperti umur ibu yang terlalu muda saat pertama melahirkan sehingga mereka
tidak paham akan kebutuhan bayi, ibu-ibu muda lebih memperhatikan keindahan
tubuh pasca melahirkan, pengaruh pekerjaan, pendidikan yang rendah. Selain itu
kurangnya pengetahuan mereka mengenai ASI eksklusif, atau diakibatkan kurangnya
informasi dari petugas kesehatan, keluarga serta masyarakat disekitarnya.
Penelitian
mengenai penyampaian informasi kesehatan bagi ibu menyusui ini dilakukan di
Puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat. Puskesmas ini sudah melaksanakan program
penyuluhan ini selama sepuluh tahun bekangan namun masalah yang dihadapi setiap
tahunnya sama yakni tidak adanya perubahan cara pemberian ASI yang baik oleh
ibu – ibu menyusui setelah mengikuti penyuluhan pada puskesmas ini. Informasi
yang disampaikan kepada ibu menyusui yang datang dalam penyuluhan ini biasanya
mengenai cara menyusui yang benar, pola makanan ibu menyusui, pemberian ASI
bagi ibu yang bekerja, dan hal – hal yang menghambat pembentukan ASI.
Penyampaian informasi ini dilakukan dengan mengkomunikasikannya secara langsung
kepada ibu menyusui serta menggunakan alat peraga dan selebaran berisikan
informasi yang disampaikan.
Penelitian
ini dilaksanakan di Puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat karena menurut data
yang didapat peneliti dari puskesmas tersebut bahwasannya di daerah ini
memiliki jumlah baik tertinggi yakni sekitar 64 orang. Tetapi jumlah bayi yang
datang berkunjung dalam program penyuluhan ini hanya sedikit yakni sekitar 36
orang. Terdapat 24 orang bayi perempuan dan 12 orang bayi laki-laki yang datang
mengikuti program penyuluhan yang dilakukan di puskesmas tersebut.
Program
penyuluhan informasi kesehatan ibu menyusui yang telah dilaksanakan kurang
lebih sepuluh tahun di Puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat ini dilaksanakan
setiap minggunya ini selalu ada didatangi oleh ibu – ibu menyusui walaupun
hanya satu orang. Namun, ibu – ibu menyusui belum memahami betapa pentingnya
pemberian ASI kepada bayi mereka. Padahal informasi tersebut telah disampaikan
setiap minggunya kepada ibu – ibu menyusui tersebut untuk dipraktekkan kepada
para bayi mereka di rumah setiap harinya.
Program
penyuluhan ini memiliki beberapa pemikiran-pemikiran untuk mengembangkan tema
dari program ini yaitu pemikiran mengenai apakah informasi yang disampaikan
oleh para petugas kesehatan dalam program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di
Puskesmas Pekan Kamis Kabupaten Agam Sumatera Barat dapat memenuhi kebutuhan
informasi kognitif, afektif, integrasi personal, integrasi sosial dan berkhayal
ibu menyusui. Dimana kegunaan teoritis diharapkan dapat bermanfaat bagi petugas
kesehatan mengenai teknik penyampaian informasi yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan para ibu menyusui mengenai aspek positif dari pemberian ASI (Air Susu
Ibu). Dan kegunaan praktis diharapkan dapat memberikan masukan ataupun evaluasi
kepada Puskemas dalam mengembangkan jasa pelayanan kesehatan pada puskesmas
tersebut. Dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya dalam
teknik penyampaian informasi yang baik kepada masyarakat terutama bagi ibu –
ibu menyusui di puskesmas tersebut. Dan juga diharapkan menjadi bahan
pembelajaran bagi petugas kesehatan dalam hal penyampaian informasi yang baik
kepada masyarakat.
Kebutuhan
kognitif, kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan memperkuat pengetahuan dan
pemahaman orang terhadap lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat
individu untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Selain itu, kebutuhan ini
juga dapat memberikan kepuasan atas hasrat keinginan dan penyelidikan individu.
Ibu menyusui juga memiliki kebutuhan kognitif dimana mereka membutuhkan
informasi kesehatan mengenai ASI yang berguna untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan bayinya maupun diri mereka sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan kognitif
ibu menyusui tersebut maka dilaksanakanlah “Perbaikan Gizi: ASI Eksklusif” yang
berguna untuk memberikan informasi kesehatan kepada ibu menyusui.
Kebutuhan
afektif, kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan estetis, hal yang dapat
menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Afeksi dalam hal ini lebih
bermakna sebagai “rasa” penghargaan diri terhadap situasi, kondisi, waktu,
lingkungan, dan juga orang lain, termasuk juga sikap terhadap semua aspek dimaksud
diatas. Dalam memenuhi kebutuhan afektif ibu menyusui, mereka dapat
dipraktekkan dalam kehidupan mereka sehari-hari melalui memperhatikan kesehatan
bayinya dan diri mereka sendiri yang berguna untuk menimbulkan rasa senang
terhadap dirinya sendiri.
Kebutuhan
integrasi personal, kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal
dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri. Informasi yang disampaikan
dalam program “Perbaikan Gizi: ASI Eksklusif” ini harus memiliki kekuatan yang
dapat meyakinkan peserta penyuluhan untuk melaksanakan informasi kesehatan yang
telah disampaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan
integrasi sosial, kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan untuk berkomunikasi
dengan keluarga, teman, dan orang lain dalam bermasyarakat. Kebutuhan ini
didasari oleh keinginan individu untuk berkomunikasi dengan seseorang atau
dengan kelompok lain. Informasi kesehatan ibu menyusui yang disampaikan dalam
program “Perbaikan Gizi: ASI Eksklusif” tersebut akan dapat mudah diterima oleh
peserta penyuluhan dengan penyampaian perorangan atau penyampaian informasi
perkelompok. Sehingga informasi kesehatan tersebut dapat berguna dan bermanfaat
bagi diri mereka.
Kebutuhan
berkhayal, kebutuhan-kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan untuk melarikan
diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan. Bagi ibu
menyusui yang baru pertama kali mengalami kehamilan, meraka dapat memenuhi
kebutuhan berkhayal dengan mengikuti program “Perbaikan Gizi: ASI Eksklusif”
yang diadakan setiap minggunya di puskesmas terdekat. Dalam mengikuti program
penyuluhan tersebut mereka akan mendapatkan informasi kesehatan bayi serta ibu
menyusui yang membuat mereka paham dan mengerti sehingga membuat mereka lebih
rileks.
Dari
uraian diatas dapat diketahui bahwa program “Perbaikan Gizi: ASI Eksklusif”
dapat terlaksana dengan baik jika informasi yang disampaikan dapat
dikomunikasikan secara efektif yakni dengan tersampaikannya gagasan, pesan,
perasaan dengan cara yang baik dalam kontak sosial yang baik pula. Dalam
memenuhi kebutuhan informasi seseorang maka informasi yang disampaikan harus
dapat memenuhi kebutuhan kognitif, afektif, integrasi personal, integrasi
sosial, serta kebutuhan berkhayal mereka. Sehingga dalam program penyuluhan
dibutuhkan juga komunikasi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dimana pesan yang disampaikan dapat diperhatikan, diterima serta dimengerti
sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim pesan, dan pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dalam hal ini adalah ibu menyusui
tanpa adanya hambatan untuk hal tersebut. Dan perlu diketahui, bahwa
seorang ibu menyusui sangat membutuhkan informasi mengenai pentingnya
memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka agar bayi dapat tumbuh sehat. Agar
informasi kebutuhan informasi ini dapat tersampaikan kepada ibu menyusui, maka
mereka dianjurkan untuk mengikuti program penyuluhan yang diadakan baik itu di
rumah sakit, puskesmas, maupun posyandu yang ada disekitarnya. Selain itu
dengan mengikuti program penyuluhan, ibu menyusui juga dapat memenuhi kebutuhan
informasi berkhayal karena mereka akan mendapatkan berbagai informasi kesehatan
yang dapat menimbulkan rasa senang dan dapat melepas ketegangan dan kesibukan
mereka sehari-hari dengan berbagi informasi dengan para petugas kesehatan
maupun para pengunjung penyuluhan lainnya.
Maka
dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden menjawab setuju bahwa
program penyuluhan ASI eksklusif ini dapat memenuhi kebutuhan berkhayal mereka.
Karena melalui program penyuluhan ini mereka mendapatkan informasi yang mereka
butuhkan sehingga membuat perasaan mereka lega dan senang dimana perasaan ini
akan menimbulkan rasa rileks didalam diri mereka masing-masing. Dengan
mengikuti program penyuluhan ini mereka dapat melepaskan ketegangan dari
pekerjaan di kantor maupun di rumah yang banyak menyita waktu mereka. Sehingga
dengan mengikuti program penyuluhan ini mereka dapat berkomunikasi,
bercengkrama, berbagi informasi, serta berdebat mengenai suatu hal dengan
sesama.
Setelah
melalui beberapa tahapan-tahapan penelitian menganalisa, penjabaran serta menggambarkan
penelitian mengenai tanggapan kebutuhan informasi kesehatan dari ibu menyusui
pada program “perbaikan gizi: ASI eksklusif” di puskesmas Pekan Kamis Sumatera
Barat, maka kesimpulan yang didapat oleh peneliti adalah:
1. Informasi yang
disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif
di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan kognitif ibu
menyusui sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan peserta penyuluhan
mengenai manfaat ASI Eksklusif sudah baik karena informasi yang diberikan dapat
menambah pengetahuan serta pemahaman ibu menyusui mengenai pentingnya ASI
Eksklusif bagi bayi.
2. Informasi yang
disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif
di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan afektif ibu
menyusui sudah sangat baik karena dengan mengikuti program penyuluhan mereka
yang telah mendapatkan informasi dan pengetahuan merasa senang dan memiliki
pengalaman serta gambaran mengenai pentingnya ASI Eksklusif tersebut.
3. Informasi yang
disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif
di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan integrasi
personal sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari kepercayaan para ibu
terhadap informasi yang disampaikan oleh para petugas kesehatan. Mereka percaya
bahwa informasi yang diberikan tersebut penting dan bermanfaat sehingga para
ibu setuju untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
4. Informasi yang
disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif
di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan integrasi
sosial sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan melalui hubungan yang terjalin
antar para ibu yang mengikuti program penyuluhan. Selain mendapatkan informasi
yang berharga, para ibu juga dapat untuk saling menjalin tali silaturahmi antar
mereka sehingga mereka dapat bertukar informasi mengenai pentingnya mengikuti
program penyuluhan tersebut.
5. Informasi yang
disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif
di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan berkhayal
sudah baik karena dengan mengikuti program penyuluhan ini para ibu yang belum
begitu memahami mengenai pentingnya memberikan ASI eksklusif akan menjadi paham
dan mengerti sehingga membuat mereka lebih rileks jika terjadi menghadapi
masalah dalam hal tersebut.
Setelah
melihat hasil penelitian ini dengan hasil observasi ke lapangan serta
menggabungkannya dengan teori maka dapat disimpulkan bahwa tanggapan ibu
menyusui terhadap pemenuhan kebutuhan informasi mereka sudah baik.
Jadi
kesimpulan dari penulis mengenai wawancara terhadap peneliti tentang penelitian
ini adalah, Informasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan
manusia. Didalam proses komunikasi akan terjadi pertukaran informasi anatar dua
orang ataupun lebih. Informasi sangat banyak yang tersedia di dunia ini sesuai
dengan kebutuhan manusia. Untuk mendapatkan informasi yang tepat maka seseorang
yang membutuhkan informasi tersebut harus memiliki kemampuan menyeleksi, memilih,
memilah dan mengolah informasi yang didapat sesuai dengan kebutuhan mereka.
Program
penyuluhan bertujuan untuk mengubah perilaku (sikap, pengetahuan dan
keterampilan) seseorang. Mengubah perilaku seseorang sesuai dengan yang
diinginkan merupakan suatu pekerjaan yang sangat sulit untuk dilakukan. Oleh
karena itu, dibutuhkan lebih banyak energi untuk mengkomunikasikan segala
informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat guna untuk tercapainya
tujuan yang diinginkan.
Air
susu ibu merupakan makanan pilihan utama untuk bayi yang baru lahir. Sehingga
bayi yang baru lahir hendaknya diberikan ASI eksklusif hingga mereka berumur
enam bulan. Pemberian ASI eksklusif ini sangat berguna bagi bayi karena nutrisi
dan gizi yang terkandung didalam ASI sangat sesuai dengan kebutuhan
perkembangan otak dan fisik dari bayi yang baru dilahirkan. Pelayanan
kesehatan secara umum adalah upaya yang dilaksanakan sendiri ataupun secara
bersama – sama dalam sebuah organisasi yang dimaksud disini adalah puskesmas
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah dan
menyembuhkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat.
Program
penyuluhan ASI eksklusif sangat diinginkan perubahan perilaku ibu menyusui
dalam memberikan ASI kepada bayinya. Perilaku tersebut dapat berubah jika ibu
menyusui tersebut menerima dan dapat menerapkan informasi – informasi yang
disampaikan oleh para petugas kesehatan puskesmas atau sumber informasi. Oleh
karena itu, salah satu tuntutan bagi para petugas kesehatan adalah harus
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain (ibu menyusui) agar mereka
dapat memberikan respon sesuai sengan yang diharapkan yakni ingin dan mampu
untuk menerima informasi yang disampaikan dan mempraktekkannya di dalam
kehidupan mereka setiap hari. Menurut Ahmadi tanggapan merupakan salah satu
fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan diri pengamatan
dalam main objek yang telah diamati tidak berbeda dalam ruang dan waktu
pengamatan. Tanggapan tersebut merupakan suatu respons dari seseorang setelah
mendapat stimulus. Komunikasi yang terjadi dua arah akan menghasilkan feedback dapat berupa negatif dan positif
tergantung dari cara penerimaan dari orang tersebut. Feedback inilah yang juga
dapat dikatakan tanggapan.
Jadi, penyuluhan
merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku seseorang. Program
“Perbaikan Gizi: ASI Ekslusif” berfungsi untuk memberikan informasi serta
mengubah perilaku dan pandangan ibu menyusui mengenai pentingnya informasi
untuk kesehatan yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
program penyuluhan ini juga berguna untuk memenuhi kebutuhan informasi ibu
menyusui baik itu kebutuhan informasi kognitif, afektif, integrasi personal,
integrasi sosial, maupun kebutuhan informasi berkhayal.
Tema
dalam penulisan liputan ini didasarkan oleh penelitian yang dilakukan saudari Fadhila
Nurul Husna Zalmi, karena penelitian ini memiliki tema yang menarik, penulis
akhirnya tertarik untuk mengangkat tema dari penelitian ini dan mewawancarai
saudari Fadhila Nurul Husna Zalmi, dan bertanya apa saja yang ia teliti. Dan bagaimana
ia berhasil membuat suatu inovasi dalam temanya tersebut bagi ibu-ibu menyusui
dalam Program “Perbaikan Gizi: ASI Ekslusif.
Berikut adalah foto dari informan
yang penulis wawancarai.
Untuk lokasi wawancara, kami melakukannya disebuah tempat makan bernama Moro Seneng di daerah Kober, Depok, Jawa barat.