Sabtu, 23 Januari 2016

Mengembangkan informasi kesehatan dari ibu menyusui untuk perbaikan gizi asi ekslusif

Informasi kesehatan saat ini sudah bisa didapatkan masyarakat dengan mudah. Baik itu secara verbal (tenaga kesehatan di rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan lain lain) maupun secara non verbal (melalui brosur kesehatan, internet, buku, dll). Sehingga masyarakat dapat mempraktekkan dengan mudah informasi kesehatan yang mereka terima dengan mudah dalam kehidupannya sehari. Tetapi untuk masyarakat yang tinggal di daerah yang bertugas hanya dari puskesmas dan posyandu saja. Puskesmas dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat dengan memberikan penyuluhan setiap minggunya bagi masyarakat yang datang ke puskesmas tersebut. Terutama informasi kesehatan bagi ibu – ibu menyusui. Informasi mengenai kesehatan ibu dan anak ini sangatlah berguna dan penting bagi ibu menyusui agar mereka dapat memberikan ASI yang baik dan sesuai kebutuhan bayi sehingga gizi bayi mereka dapat terpenuhi dan bayi dapat tumbuh dengan sehat. Ibu-ibu rumah tangga juga membutuhkan informasi, misalnya saja ibu-ibu menyusui. Mereka membutuhkan informasi mengenai manfaat menyusui ASI (air susu ibu) kepada bayi serta kekurangan jika bayi kekurangan ASI. Informasi mengenai semua ini bisa mereka dapatkan dari tenaga kesehatan di rumah sakit, tempat bersalin maupun puskesmas, melalui media cetak maupun media non cetak sehingga mereka tahu akan positif dan negatifnya mengenai pemberian ASI kepada bayi mereka.
Masih banyak dari ibu-ibu menyusui yang belum memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka. Banyak faktor secara internal maupun eksternal yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI ekslusif bagi bayinya. Salah satu faktor internalnya adalah pengetahuan ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Banyak dari ibu menyusui yang belum paham pentingnya dari ASI. Padahal pengetahuan merupakan dasar utama dari manusia untuk melakukan sesuatu.
Dewasa ini pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk seluruh rakyat Indonesia. Salah satu program kesehatan yang digerakkan oleh pemerintah adalah program jaminan persalinan (Jampersal). Latar belakang dari program Jampersal ini salah satunya berkaitan dengan Millenium Development Goals (MDGs). Dimana Jampersal ini berguna untuk memperhatikan kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Program pemerintah dalam bidang kesehatan ini salah satunya yakni untuk kesehatan ibu menyusui. Sehingga untuk membantu menyukseskan program tersebut, para petugas kesehatan khususnya di puskesmas berupaya untuk memberikan informasi – informasi kesehatan kepada para ibu menyusui yang berkunjung ke puskesmas setiap minggunya baik melalui penyuluhan ataupun brosur – brosur informasi kesehatan yang tersedia di puskesmas.
Penyuluhan merupakan upaya untuk melakukan suatu perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, dan  terarah dengan adanya peran serta aktif individu ataupun kelompok maupun masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial, ekonomi maupun budaya di daerah setempat. (Suharjo 2003)
Penyuluhan yang dilakukan di masyarakat sebagai sebuah pendekatan edukatif untuk dapat menghasilkan perilaku, maka harus terjadi suatu proses komunikasi antar penyampai informasi dengan masyarakat. Dari suatu proses komunikasi tersebut juga ingin menciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. (Suharjo 2003)
Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu saudari Fadhila Nurul Husna Zalmi kepada petugas kesehatan di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat, bahwasannya masih banyak ibu-ibu menyusui yang enggan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini terjadi karena banyak dari ibu menyusui yang kurang memahami mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi mereka. Padahal dalam penyuluhan perbaikan gizi: ASI eksklusif yang dilakukan oleh puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat, para petugas kesehatan sudah menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada ibu menyusui yang hadir dalam kegiatan tersebut mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi yang baru lahir.
Menurut Soetjiningsih (dalam Emilia 2009) banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI ekslusif kemungkinan ini dipengaruhi oleh karakteristik ibu. Contohnya saja seperti umur ibu yang terlalu muda saat pertama melahirkan sehingga mereka tidak paham akan kebutuhan bayi, ibu-ibu muda lebih memperhatikan keindahan tubuh pasca melahirkan, pengaruh pekerjaan, pendidikan yang rendah. Selain itu kurangnya pengetahuan mereka mengenai ASI eksklusif, atau diakibatkan kurangnya informasi dari petugas kesehatan, keluarga serta masyarakat disekitarnya.
Penelitian mengenai penyampaian informasi kesehatan bagi ibu menyusui ini dilakukan di Puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat. Puskesmas ini sudah melaksanakan program penyuluhan ini selama sepuluh tahun bekangan namun masalah yang dihadapi setiap tahunnya sama yakni tidak adanya perubahan cara pemberian ASI yang baik oleh ibu – ibu menyusui setelah mengikuti penyuluhan pada puskesmas ini. Informasi yang disampaikan kepada ibu menyusui yang datang dalam penyuluhan ini biasanya mengenai cara menyusui yang benar, pola makanan ibu menyusui, pemberian ASI bagi ibu yang bekerja, dan hal – hal yang menghambat pembentukan ASI. Penyampaian informasi ini dilakukan dengan mengkomunikasikannya secara langsung kepada ibu menyusui serta menggunakan alat peraga dan selebaran berisikan informasi yang disampaikan.
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat karena menurut data yang didapat peneliti dari puskesmas tersebut bahwasannya di daerah ini memiliki jumlah baik tertinggi yakni sekitar 64 orang. Tetapi jumlah bayi yang datang berkunjung dalam program penyuluhan ini hanya sedikit yakni sekitar 36 orang. Terdapat 24 orang bayi perempuan dan 12 orang bayi laki-laki yang datang mengikuti program penyuluhan yang dilakukan di puskesmas tersebut.
Program penyuluhan informasi kesehatan ibu menyusui yang telah dilaksanakan kurang lebih sepuluh tahun di Puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat ini dilaksanakan setiap minggunya ini selalu ada didatangi oleh ibu – ibu menyusui walaupun hanya satu orang. Namun, ibu – ibu menyusui belum memahami betapa pentingnya pemberian ASI kepada bayi mereka. Padahal informasi tersebut telah disampaikan setiap minggunya kepada ibu – ibu menyusui tersebut untuk dipraktekkan kepada para bayi mereka di rumah setiap harinya.
Program penyuluhan ini memiliki beberapa pemikiran-pemikiran untuk mengembangkan tema dari program ini yaitu pemikiran mengenai apakah informasi yang disampaikan oleh para petugas kesehatan dalam program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di Puskesmas Pekan Kamis Kabupaten Agam Sumatera Barat dapat memenuhi kebutuhan informasi kognitif, afektif, integrasi personal, integrasi sosial dan berkhayal ibu menyusui. Dimana kegunaan teoritis diharapkan dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan mengenai teknik penyampaian informasi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan para ibu menyusui mengenai aspek positif dari pemberian ASI (Air Susu Ibu). Dan kegunaan praktis diharapkan dapat memberikan masukan ataupun evaluasi kepada Puskemas dalam mengembangkan jasa pelayanan kesehatan pada puskesmas tersebut. Dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya dalam teknik penyampaian informasi yang baik kepada masyarakat terutama bagi ibu – ibu menyusui di puskesmas tersebut. Dan juga diharapkan menjadi bahan pembelajaran bagi petugas kesehatan dalam hal penyampaian informasi yang baik kepada masyarakat.
Kebutuhan kognitif, kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan memperkuat pengetahuan dan pemahaman orang terhadap lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat individu untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Selain itu, kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas hasrat keinginan dan penyelidikan individu. Ibu menyusui juga memiliki kebutuhan kognitif dimana mereka membutuhkan informasi kesehatan mengenai ASI yang berguna untuk memenuhi kebutuhan kesehatan bayinya maupun diri mereka sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan kognitif ibu menyusui tersebut maka dilaksanakanlah “Perbaikan Gizi: ASI Eksklusif” yang berguna untuk memberikan informasi kesehatan kepada ibu menyusui.
Kebutuhan afektif, kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Afeksi dalam hal ini lebih bermakna sebagai “rasa” penghargaan diri terhadap situasi, kondisi, waktu, lingkungan, dan juga orang lain, termasuk juga sikap terhadap semua aspek dimaksud diatas. Dalam memenuhi kebutuhan afektif ibu menyusui, mereka dapat dipraktekkan dalam kehidupan mereka sehari-hari melalui memperhatikan kesehatan bayinya dan diri mereka sendiri yang berguna untuk menimbulkan rasa senang terhadap dirinya sendiri.
Kebutuhan integrasi personal, kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri. Informasi yang disampaikan dalam program “Perbaikan Gizi: ASI Eksklusif” ini harus memiliki kekuatan yang dapat meyakinkan peserta penyuluhan untuk melaksanakan informasi kesehatan yang telah disampaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan integrasi sosial, kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan keluarga, teman, dan orang lain dalam bermasyarakat. Kebutuhan ini didasari oleh keinginan individu untuk berkomunikasi dengan seseorang atau dengan kelompok lain. Informasi kesehatan ibu menyusui yang disampaikan dalam program “Perbaikan Gizi: ASI Eksklusif” tersebut akan dapat mudah diterima oleh peserta penyuluhan dengan penyampaian perorangan atau penyampaian informasi perkelompok. Sehingga informasi kesehatan tersebut dapat berguna dan bermanfaat bagi diri mereka.
Kebutuhan berkhayal, kebutuhan-kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan. Bagi ibu menyusui yang baru pertama kali mengalami kehamilan, meraka dapat memenuhi kebutuhan berkhayal dengan mengikuti program “Perbaikan Gizi: ASI Eksklusif” yang diadakan setiap minggunya di puskesmas terdekat. Dalam mengikuti program penyuluhan tersebut mereka akan mendapatkan informasi kesehatan bayi serta ibu menyusui yang membuat mereka paham dan mengerti sehingga membuat mereka lebih rileks.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa program “Perbaikan Gizi: ASI Eksklusif” dapat terlaksana dengan baik jika informasi yang disampaikan dapat dikomunikasikan secara efektif yakni dengan tersampaikannya gagasan, pesan, perasaan dengan cara yang baik dalam kontak sosial yang baik pula. Dalam memenuhi kebutuhan informasi seseorang maka informasi yang disampaikan harus dapat memenuhi kebutuhan kognitif, afektif, integrasi personal, integrasi sosial, serta kebutuhan berkhayal mereka. Sehingga dalam program penyuluhan dibutuhkan juga komunikasi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut dimana pesan yang disampaikan dapat diperhatikan, diterima serta dimengerti sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim pesan, dan pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dalam hal ini adalah ibu menyusui tanpa adanya hambatan untuk hal tersebut. Dan perlu diketahui, bahwa seorang ibu menyusui sangat membutuhkan informasi mengenai pentingnya memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka agar bayi dapat tumbuh sehat. Agar informasi kebutuhan informasi ini dapat tersampaikan kepada ibu menyusui, maka mereka dianjurkan untuk mengikuti program penyuluhan yang diadakan baik itu di rumah sakit, puskesmas, maupun posyandu yang ada disekitarnya. Selain itu dengan mengikuti program penyuluhan, ibu menyusui juga dapat memenuhi kebutuhan informasi berkhayal karena mereka akan mendapatkan berbagai informasi kesehatan yang dapat menimbulkan rasa senang dan dapat melepas ketegangan dan kesibukan mereka sehari-hari dengan berbagi informasi dengan para petugas kesehatan maupun para pengunjung penyuluhan lainnya.
Maka dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden menjawab setuju bahwa program penyuluhan ASI eksklusif ini dapat memenuhi kebutuhan berkhayal mereka. Karena melalui program penyuluhan ini mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan sehingga membuat perasaan mereka lega dan senang dimana perasaan ini akan menimbulkan rasa rileks didalam diri mereka masing-masing. Dengan mengikuti program penyuluhan ini mereka dapat melepaskan ketegangan dari pekerjaan di kantor maupun di rumah yang banyak menyita waktu mereka. Sehingga dengan mengikuti program penyuluhan ini mereka dapat berkomunikasi, bercengkrama, berbagi informasi, serta berdebat mengenai suatu hal dengan sesama.
Setelah melalui beberapa tahapan-tahapan penelitian menganalisa, penjabaran serta menggambarkan penelitian mengenai tanggapan kebutuhan informasi kesehatan dari ibu menyusui pada program “perbaikan gizi: ASI eksklusif” di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat, maka kesimpulan yang didapat oleh peneliti adalah:
1.               Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan kognitif ibu menyusui sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan peserta penyuluhan mengenai manfaat ASI Eksklusif sudah baik karena informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman ibu menyusui mengenai pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi.
2.               Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan afektif ibu menyusui sudah sangat baik karena dengan mengikuti program penyuluhan mereka yang telah mendapatkan informasi dan pengetahuan merasa senang dan memiliki pengalaman serta gambaran mengenai pentingnya ASI Eksklusif tersebut.
3.               Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan integrasi personal sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari kepercayaan para ibu terhadap informasi yang disampaikan oleh para petugas kesehatan. Mereka percaya bahwa informasi yang diberikan tersebut penting dan bermanfaat sehingga para ibu setuju untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
4.               Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan integrasi sosial sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan melalui hubungan yang terjalin antar para ibu yang mengikuti program penyuluhan. Selain mendapatkan informasi yang berharga, para ibu juga dapat untuk saling menjalin tali silaturahmi antar mereka sehingga mereka dapat bertukar informasi mengenai pentingnya mengikuti program penyuluhan tersebut.
5.               Informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan pada program perbaikan gizi: ASI Eksklusif di puskesmas Pekan Kamis Sumatera Barat dalam memenuhi kebutuhan berkhayal sudah baik karena dengan mengikuti program penyuluhan ini para ibu yang belum begitu memahami mengenai pentingnya memberikan ASI eksklusif akan menjadi paham dan mengerti sehingga membuat mereka lebih rileks jika terjadi menghadapi masalah dalam hal tersebut.
Setelah melihat hasil penelitian ini dengan hasil observasi ke lapangan serta menggabungkannya dengan teori maka dapat disimpulkan bahwa tanggapan ibu menyusui terhadap pemenuhan kebutuhan informasi mereka sudah baik.
Jadi kesimpulan dari penulis mengenai wawancara terhadap peneliti tentang penelitian ini adalah, Informasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia. Didalam proses komunikasi akan terjadi pertukaran informasi anatar dua orang ataupun lebih. Informasi sangat banyak yang tersedia di dunia ini sesuai dengan kebutuhan manusia. Untuk mendapatkan informasi yang tepat maka seseorang yang membutuhkan informasi tersebut harus memiliki kemampuan menyeleksi, memilih, memilah dan mengolah informasi yang didapat sesuai dengan kebutuhan mereka.
Program penyuluhan bertujuan untuk mengubah perilaku (sikap, pengetahuan dan keterampilan) seseorang. Mengubah perilaku seseorang sesuai dengan yang diinginkan merupakan suatu pekerjaan yang sangat sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, dibutuhkan lebih banyak energi untuk mengkomunikasikan segala informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat guna untuk tercapainya tujuan yang diinginkan.
Air susu ibu merupakan makanan pilihan utama untuk bayi yang baru lahir. Sehingga bayi yang baru lahir hendaknya diberikan ASI eksklusif hingga mereka berumur enam bulan. Pemberian ASI eksklusif ini sangat berguna bagi bayi karena nutrisi dan gizi yang terkandung didalam ASI sangat sesuai dengan kebutuhan perkembangan otak dan fisik dari bayi yang baru dilahirkan. Pelayanan kesehatan secara umum adalah upaya yang dilaksanakan sendiri ataupun secara bersama – sama dalam sebuah organisasi yang dimaksud disini adalah puskesmas untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah dan menyembuhkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat.
Program penyuluhan ASI eksklusif sangat diinginkan perubahan perilaku ibu menyusui dalam memberikan ASI kepada bayinya. Perilaku tersebut dapat berubah jika ibu menyusui tersebut menerima dan dapat menerapkan informasi – informasi yang disampaikan oleh para petugas kesehatan puskesmas atau sumber informasi. Oleh karena itu, salah satu tuntutan bagi para petugas kesehatan adalah harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain (ibu menyusui) agar mereka dapat memberikan respon sesuai sengan yang diharapkan yakni ingin dan mampu untuk menerima informasi yang disampaikan dan mempraktekkannya di dalam kehidupan mereka setiap hari. Menurut Ahmadi tanggapan merupakan salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan diri pengamatan dalam main objek yang telah diamati tidak berbeda dalam ruang dan waktu pengamatan. Tanggapan tersebut merupakan suatu respons dari seseorang setelah mendapat stimulus. Komunikasi yang terjadi dua arah akan menghasilkan feedback dapat berupa negatif dan positif tergantung dari cara penerimaan dari orang tersebut. Feedback  inilah yang juga dapat dikatakan tanggapan.
Jadi, penyuluhan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku seseorang. Program “Perbaikan Gizi: ASI Ekslusif” berfungsi untuk memberikan informasi serta mengubah perilaku dan pandangan ibu menyusui mengenai pentingnya informasi untuk kesehatan yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu program penyuluhan ini juga berguna untuk memenuhi kebutuhan informasi ibu menyusui baik itu kebutuhan informasi kognitif, afektif, integrasi personal, integrasi sosial, maupun kebutuhan informasi berkhayal.


Tema dalam penulisan liputan ini didasarkan oleh penelitian yang dilakukan saudari Fadhila Nurul Husna Zalmi, karena penelitian ini memiliki tema yang menarik, penulis akhirnya tertarik untuk mengangkat tema dari penelitian ini dan mewawancarai saudari Fadhila Nurul Husna Zalmi, dan bertanya apa saja yang ia teliti. Dan bagaimana ia berhasil membuat suatu inovasi dalam temanya tersebut bagi ibu-ibu menyusui dalam Program “Perbaikan Gizi: ASI Ekslusif.

Berikut adalah foto dari informan yang penulis wawancarai.



























Untuk lokasi wawancara, kami melakukannya disebuah tempat makan bernama Moro Seneng di daerah Kober, Depok, Jawa barat.